SELAMAT DATANG DI BLOG KULO "SANGGAR IMPIAN VURQON ", MONGGO PINARAK!!! JANGAN LUPA ZA TEMAN - TEMAN TETAP BERBAGI ILMU WALAUPUN HANYA SATU AYAT!! MAN JADDA WA JADA,,

Rabu, 07 Januari 2015

MARI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENYENANGKAN

Assalaamu'alaikum Wr. Wb. sobat SIV semua,,, Gmana ni kabarnya di hari Kamis yang cerah ini? Semoga tetap dalam lindungan Allah SWT. Tak sengaja di pagi hari ini saya iseng - iseng mencari metode yang menyenangkan untuk mengajari anak - anak perkalian dengan kreatif,, Dalam mencari metode tersebut ehh,, saya menemukan salah dua cara mengajar perkalian dengan mudah dan menyenangkan khususnya untuk yang kelas rendah dari artikel yang akan share di bawah ini : 

1. Rasmo,S.Pd.-Permainan Kerikil Untuk Perkalian Dan Pembagian

Permainan Kerikil Untuk Perkalian Dan Pembagian
Oleh : Rasmo,S.Pd.
Pendahuluan
Sering kita mendengar keluhan dari teman-teman guru sekolah dasar lantaran siswanya yang tidak lama lagi menghadapi Ujian tetapi belum menguasai perkalian  dan pembagian dengan baik. Kegusaran mereka tentu sangat beralasan, bagaimana mungkin siswa tersebut bisa mengerjakan soal-soal ujian apabila kemampuan dasar perkalian dan pembagian saja belum dikuasai dengan baik. Bagaimana mereka maju  ke medan laga sementara senjata yang dibutuhkan untuk menghadapi musuh belum mereka miliki.
Permasalahan di kelas tinggi tersebut tentu tidak sekonyong-konyong muncul begitu saja, tetapi merupakan proses akumulasi dari kelas rendah. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pemahaman konsep perkalian dan pembagian ini di kelas rendah. Rupa-rupanya siswa belum menguasai konsep ini sejak di kelas rendah sehingga ketika dilanjutkan ke jenjang manapun mereka akan mengalami kesulitan.
Mengapa konsep perkalian dan pembagian belum dikuasai oleh siswa di kelas tinggi, padahal semestinya konsep tersebut sudah ditanamkan sejak di kelas rendah ?Paparan berikut mungkin bisa menjadi salah satu solusi bagi teman-teman guru untuk mengatasi masalah tersebut. Ibaratnya kita membekali anak didik kita dalam sebuah peperangan besar di medan laga. Mungkin ini bukan suatu karya besar atau bukanlah suatu penelitian tetapi pengalaman nyata yang sangat memungkinkan untuk diterapkan di sekolah-sekolah pada umumnya. Pepatah mengatakan ‘The Exsperienceis The Best Teacher’.Sekarang kita biasa menyebutnya ‘The Best Practice’.
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Dalam psikologi dan pendidikan , pembelajaran secara umum didefinisikan sebagaisuatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan pengaruh lingkungan serta pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan pandangan.Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung.
Menurut teori belajar Empirisme dari Jhon Locke, lingkungan memiliki kontribusi yang signifikan dalam membentuk pribadi seseorang. Orang menjadi hebat itu bukanlah bawaan dari lahir melainkan diperoleh melalui proses melihat, mendengar dan menirukan.
Kita tentunya sudah sering mendengar dan memahami bahwa salah satu sumber belajar adalah lingkungan tempat terjadinya proses belajar mengajar berlangsung. Oleh karena itu kita hendaknya mengoptimalkan fungsi lingkungan yang ada di sekitar sekolah sebagai sumber belajar siswa. Kita harus menggali sebanyak-banyaknya agar potensi di sekitar sekolah bisa dijadikan sebagai bahan, media atau alat pembelajaran. Jika kita mengenal apotik hidup, warung hidup, maka lingkungan adalah adalahperpustakaan hidupdan laboratorium alam yang disediakan Tuhan untuk kemaslahatan manusia.
Ada beberapa kelebihan lingkungan yang akan didapat jika guru menggunakannya dalam kegiatan pembelajarannya, antara lain :
  1. Lingkungan adalah sumber belajar riil, bukan tiruan atau model.
  2. Pembelajaran menjadi lebih menarik.
  3. Lingkungan memberikan pembelajaran bermakna.
  4. Mengaktifkan belajar siswa.
  5. Memperkaya sumber belajar di kelas.
  6. Menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan.
Maka tidaklahmengherankan apabila guru memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Batu , pasir, tanah, air dan semua yang bisa kita temukan di lingkungan sekolah adalah sumber belajar yang tak ternilai harganya. Sesuatu yang bisa kita lakukan antara lain adalah menggunakan kerikil dan gelas bekas air mineral untuk mengajarkan perkalian dan pembagian. Mau tahu caranya? Simak paparan berikut.
Bermain Perkalian
Seorang  guru di kelas rendah memiliki pengalaman yang lain tentang pemebalajaran perkalian dan pembagian. Usai mengajarkan penjumlahan dan pengurangan yang merupakan prasyarat yang harus dikuasai siswa sebelum mempelajari perkalian dan pembagian, gurumenugasi anak didiknya untuk membawa gelas bekas air mineral, masing-masing anak satu buah.
Keesokan harinya, setelah guru membuka pelajaran disuruhlahanak didiknya untuk mengumpulkan kerikil dari halaman sekolah. Maka berhamburanlah anak-anak keluar ruangan. Tanpa mengalami banyak hambatan, kerikil pun segera terkumpul. Secara geografis memang sekolah tempat guru tersebut mengajar terletak di wilayah pedesaan sehingga untuk mendapatkan kerikil bukanlah suatuhal yang sulit.Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah untuk apakah kerikil-kerikil tersebut? Dalam benak siswa bertanya-tanya,mengapa guru menyuruh mereka mengumpulkan kerikil? Bukankah kerikil itu nantinya akan menyebabkan kelas menjadi kotor? Biarlah rasa keingin-tahuan siswa berkembang.
Konsep yang telah kita kuasai dan biasa kita tanamkan kepada anak didik pada umumnya adalah bahwa perkalian merupakan penjumlahan yang berulang sedangkan  pembagian adalah kebalikan dari perkalian itu sendiri yang berarti pembagian adalah pengurangan yang berulang. Bagaimana dengan skenario pembelajaran perkalian dan pembagian berikut ini ? apakah skenario ini merupakan penjabaran dari pernyataan tersebut?
Pertama-tama, guru meminta lima orang anak untuk maju ke depan kelas. Satu anak bertugas untuk menulis di papan tulis, sisanya berdiri saja di depan kelas.
Kedua, guru menanyakan kepada siswa, berapakah jumlah anak yang berdiri di depan kelas. Penulis menuliskan jawaban siswa di papan tulisdengan angka 4 tersebut.
Ketiga, guru meminta seorang anak untuk membagikan kerikil kepada keempat temannya masing-masing dua buah. Tanya jawab dilanjutkan sebagai berikut :
Guru    : “Berapakah jumlah anak yang berdiri di depan kelas?”
Siswa   : “Empat….!”
Guru    : “Berapa banyak kerikil yang diterima oleh masing-masing anak?”
Siswa  : “Dua….!”Kemudian guru meminta penulis untuk menulis angka 2 di belakang
angka 4 tadi.
Guru    : “Mari kita hitung berapa banyak kerikil yang diterima oleh keempat temanmu?
Berapakah jumlah semuanya?”
Siswa   : “Delapan….!” Guru menyuruh penulis menulis angka 8 di belakang angka 2.
Guru    : “Sekarang kalian perhatikan di papan tulis !”Kemudian guru meminta penulis untuk menuliskan tanda x (kali) diantaraangka 4 dan 2, dan menulis tanda = (sama dengan) di antara angka 2 dan 8.Jelaslah bahwa 4 x 2 = 8. Dalam kalimat matematika bisa kita jelaskan bahwa empat dikali dua sama dengan delapan.
Permainan bisa dilanjutkan dengan angka-angka yang lain dan siswa yang lain pula sehingga semua siswa bisa merasakan sebagai pelaku bukan penonton.
Bermain Pembagian
Sementara ini kita baru mengenal bahwa pembagian adalah kebalikan dari perkalian, yang berarti pembagian adalah pengurangan yang berulang. Kita tetap menggunakan persepsi itu. Tetapi kita belum pernah mempraktekkan atau mensimulasikan bagaimana wujud dari pengurangan berulang tersebut untuk mempertajam pemahaman siswa tentang pembagian. Padahal banyak sekali kegiatan di masyarakat yang berkaitan erat dengan pembagian. Pembagian BSM dan raskin adalah contoh nyata yang terdekat dengan kehidupan siswa dewasa ini. Bagaimana jika praktek pembagian tersebut disimulasikan dalam pembelajaran matematika di sekolah? Bagaimanakah skenarionya?
Pertama-tama, kita ambil contoh kalimat matematika tentang operasi perkalian di atas yaitu 4 x 2 = 8. Karena pembagian merupakan kebalikan dari perkalian maka 8 : 4 = 2.
Kedua, gurumengambil delapan kerikil dari sekian banyak kerikil yang telah dikumpulkan siswa. Guru meminta empat anak untuk maju ke depan kelas dengan membawa gelas bekas air mineral yang telah dibawanya dari rumah masing-masing.
Ketiga, guru meminta satu orang anak lagi untuk membagi delapan kerikil kepada empat anak tersebut. Mula-mula satu-satu sampai keempat anak tadi menerima bagian yang sama. Lalu guru menanyakan berapa banyaknya kerikil yang diterima oleh masing-masing anak. Dari anak ke-1 sampai ke-4 pasti menerima kerikil yang sama yaitu 2.
Keempat, guru meminta salah satu siswa untuk menuliskan di papan tulis bahwa 8 : 4 = 2. Praktek pembagian ini bisa dilanjutkan dengan angka-angka yang lain dan anak-anak yang lain pula sehingga semua anak di kelas itu ikut bermain.
Setelah dirasa cukup tahap berikutnya adalah kegiatan kelompok di mana siswa diminta menyelesaikan soal pembagian secara kelompok, caranya seperti yang telah diperagakan tadi.
Tahap terakhir, siswa diminta mengerjakan soal pembagian secara individual. Kegiatan ini bisa dilakukan berulang-ulang sampai anak benar-benar memahami konsep pembagian yang dilakukan dengan benar-benar membagi atau melakukan pembagian.
Penutup
Demikianlah uraian singkat tentang permainan dengan kerikil untuk menanamkan konsep perkalian dan pembagian di kelas rendah. Semoga dengan cara ini pemahaman anak tentang perkalian dan pembagian bisa mengendap dan bertahan lama sehingga siap dipanggil sewaktu-waktu ketika hendak digunakan. Karena begitu murah dan mudahnya kiranya cara ini bisa diterapkan oleh guru di mana saja dan oleh siapa saja. Selamat mencoba semoga sukses.(Penulis adalah Kepala SD Negeri 2 Mrebet Purbalingga)
 Biodata Penulis
Nama              : Rasmo,S.Pd.
TTL                 : Grobogan, 13 Mei 1972
Unit Kerja       : SDN 2 Mrebet
HP                   : 085878971210
2. CARA PRAKTIS MENGUASAI TABEL PERKALIAN DALAM PELAJARAN MATEMATIKA
OLEH : D A J O N O.A.Ma.Pd
Guru SD YPPK ONGGARI , MERAUKE

DAJONO. A.Ma.PdMatematika adalah suatu mata pelajaran yang membuat banyak anak stres. Dan suatu hal yang menakutkan . Sehingga anak-anak menjadi benci terhadap pelajaran matematika . Setiap kali ketemu pelajaran matematika atau mendengar kata-kata berhitung , atau lihat jadwal bahwa besuk pelajaran matematika, langsung anak-anak itu pusing cari alasan untuk menghindar dari pelajaran itu. Mereka cari alasan supaya tidak berhadapan dengan angka-angka matematika yang selalu menghantui pikirannya. Karena setiap kali mengrjakan soal matematika sering gagal dan selalu dapat hukuman dari gurunya atau di rumah masih dapat marah dari orang tua karena nilainya jelek. Hal seperti ini bisa berlarut larut sampai anak-anak di sekolah lanjutan yant lebih tinggi. Apa lagi kalau sudah sampai pada pelajaran matematika tentang Perkalian. 
Bagaimana caranya agar anak-anak mudah menguasai table perkalian , dan senang belajar matematika ? Caranya mudah , yang perlu kita lakukan adalah kita buka pikiran anak-anak agar merasa senang, rileks, dan merasa mampu . Kita buka pikiran anak dengan cara ; meminta kepada anak untuk menyebutkan, minimal tiga , manfaat menguasai table perkalian dalam hidupnya. Kalau anak-anak bingung, kita bisa mengarahkan dengan memberi penjelasan yang intinya adalah anak-anak sangat membutuhkan dan perlu kecakapan matematika dalam bentuk perkalian. Jadi dalam kegiatan kita sehari-hari di sekolah maupun di rumah matematika sangat dibutuhkan.

Mari kita menuju ke pembelajaran untuk menguasai table perkalian yang praktis. 
? Dengan Model Pembelajaran : PAIKEM
? Metode Pembelajaran : Ceramah dan Demonstrasi
? Alat Peraga : Kelereng, bijibijian, batu kecil, atau lidi yang tersedia disekitar sekolah dan tabel Perkalian.
Langkah-langkah Pembelajaran :
1. Pertama kita ajarkan perkalian 0, 1, dan 10. Setelah itu ajarkan perkalian 9.
2. Setelah anak menguasai perkalian 0, 1, 10, dan 9, baru dilanjutkan dengan perkalian 5. (lima)
3. Selanjutnya ajarkan tabel perkalian 2, 3, dan 4.
4. Terakhir ajarkan tabel perkalian 6, 7, dan 8.
Kita mengajarkan dengan alur seperti ini tujuannya adalah agar di pikiran anak tertanam keyakinan bahwa matematika itu sangat mudah. Setelah anak yakin bahwa matematika itu mudah, kita akan sangat mudah mengajarkan apa saja kepada anak. 
Dengan pemahaman di atas, marilah kita mulai belajar cara menguasai tabel perkalian yang mudah dan menyenangkan.
I. Perkalian : Bentuk lain dari Penjumlahan Berulang.
Secara prinsip , perkalian sebenarnya adalah bentuk lain dari penjumlahan berulang. Maksudnya untuk lebih menyederhanakan , jika kita hendak menjumlahkan : 
3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 15 ? Kita akan mengubahnya dalam bentuk perkalian 5 X 3 = 15.
Contoh lain misalnya : 6 + 6 + 6 + 6 = 24 . Bentuk perkaliannya adalah 6 X 4 = 24
Dengan kata lain : 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 15
x 0       1      2       3      4       5     6       7     8       9      10
0 0 X 0 1 x 0 2 x 0 3 x 0 4 x 0 5 x 0 6 x 0 7 x 0 8 x 0 9 x 0 10 x 0 
1 0 X 1 1 x 1 2 x 1 3 x 1 4 x 1 5 x 1 6 x 1 7 x 1 8 x 1 9 x 1 10 x 1 
2 0 X 2 1 x 2 2 x 2 3 x 2 4 x 2 5 x 2 6 x 2 7 x 2 8 x 2 9 x 2 10 x 2 
3 0 X 3 1 x 3 2 x 3 3 x 3 4 x 3 5 x 3 6 x 3 7 x 3 8 x 3 9 x 3 10 x 3 
4 0 X 4 1 x 4 2 x 4 3 x 4 4 x 4 5 x 4 6 x 4 7 x 4 8 x 4 9 x 4 10 x 4 
5 0 X 5 1 x 5 2 x 5 3 x 5 4 x 5 5 x 5 6 x 5 7 x 5 8 x 5 9 x 5 10 x 5 
6 0 x 6 1 x 6 2 x 6 3 x 6 4 x 6 5 x 6 6 x 6 7 x 6 8 x 6 9 x 6 10 x 6 
7 0 x 7 1 x 7 2 x 7 3 x 7 4 x 7 5 x 7 6 x 7 7 x 7 8 x 7 9x7 10x 7
8 0 x 8 1 x 8 2 x 8 3 x 8 4 x 8 5 x 8 6 x 8 7 x 8 8 x 8 9 x 8 10 x 8 
9 0 x 9 1 x 9 2 x 9 3 x 9 4 x 9 5 x 9 6 x 9 7 x 9 8 x 9 9 x 9 10 x 9 
10 0 x 10 1 x 10 2 x 10 3 x 10 4 x 10 5 x 10 6 x 10 7 x 10 8 x 10 9 x 10 10 x 10
Agar lebih menyenangkan dapat digunakan alat peraga yang murah misalnya kelereng, batu –batu kecil atau cangkang siput yang kecil-kecil. Benda –benda tersebut dapat digunakan untuk meragakan penjumlahan berulang dalam mempelajari perkalian .
Kita perlu konsisten mengajar anak bahwa 5 x 3 itu adalah 3 + 3 + 3 + 3 + 3, yaitu angka 3-nya sebanyak 5 kali. Bukan 5 + 5 + 5 , atau angka 5-nya 3 kali.
II. Sifat Komutatif Perkalian
Istilah “komutatif” dalam bahasa sehari-hari adalah “bolak balik “ Maksudnya adalah 
5 x 3 sama dengan 3 x 5, dan 6 x 4 sama dengan 4 x 6. Dengan kata lain suatu bentuk perkalian , kalau di bolak balik hasilnya pasti sama. Sifat ini nantinya akan sangat membantu dalam mengurangi beban menghafal fakta perkalian . 
Secara ringkas tabel perkalian yang harus dihafal seperti di bawah ini :
Sekarang marilah kita buktikan bahwa dari seluruh fakta perkalian yang ada pada tabel di atas sebenarnya anak tidak perlu menghafal semuanya.
Langkah : 1. Perkalian 0 ( nol )
Bilangan berapapun bila dikalikan dengan 0 (nol) , hasilnya pasti 0 (nol ).
Contoh : 3 x 0 = 0, 5 x 0 = 0, 0 x 4 = 0 , 0 x 9 = 0
Kemudian Perkalian 1 
Bilangan berapapun bila dikalikan dengan 1 maka hasilnya pasti sama dengan bilangan itu sendiri.
Contoh : 7 x 1 = 7
8 x 1 = 8
1 x 3 = 3 
Selanjutnya Perkalian 10
Perkalian bilangan 10 juga mudah. Bilangan berapapun bila dikalikan dengan 10 maka untuk mendapatkan hasilnya cukup menmbah angka 0 (nol) di belakang bilangan itu.
Contoh : 5 x 10 = 50, 4 x 10 = 40, 6 x 10 = 60 dan seterusnya.
Tiga tahap pada langkah pertama ini anak anak sudah dapat menguasai perkalian 0, perkalian 1 dan perkalian 10
Mari kita lanjutkan tahap ke empat dari langkah pertama ini, untuk belajar perkalian 9
Dengan menggunakan kalkulator jari 1 dapat digunakan untuk menghitung perkalian 
1 x 9 sampai 9 x 9. Dengan menggunakan kalkulator jari 1 anak-anak dapat menguasai perkalian 9 dengan mudah.

Sumber : http://tabloidaspirasi.com/rasmos-pd-permainan-kerikil-untuk-perkalian-dan-pembagian.html dan http://bintangpapua.com/index.php/keerom/item/2126-cara-praktis-menguasai-tabel-perkalian-dalam-pelajaran-matematika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar